Beranda | Artikel
Hikmahnya Nabi Ibrahim dalam Berdebat Surah Al-Baqarah 258
Selasa, 8 November 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hikmahnya Nabi Ibrahim dalam Berdebat – Surah Al-Baqarah 258 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 13 Rabi’ul Akhir 1444 H / 08 November 2022 M.

Download kajian sebelumnya: Allah adalah Walinya Orang-Orang Beriman – Surah Al-Baqarah 257

Hikmahnya Nabi Ibrahim dalam Berdebat – Surah Al-Baqarah 258

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Tidakkah kamu melihat kepada orang yang mendebat Nabi Ibrahim tentang Rabbnya dimana Allah telah memberinya kerajaan (yaitu Namrud). Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepadanya: ‘Rabbku yang menghidupkan dan mematikan,’ maka ia berkata: ‘Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari timur, coba kamu terbitkan dia dari barat,’ maka terdiamlah orang-orang kafir itu; dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah[2]: 258)

Hikmahnya Nabi Ibrahim dalam Berdebat

Di sini Nabi Ibrahim berpindah dari satu dalil kepada dalil yang lebih kuat, atau Nabi Ibrahim memberikan cabang dari dalil yang pertama tadi. Maka Ketika Nabi Ibrahim berkata: “Rabbku menghidupkan dan mematikan.” Dia mengatakan: “Aku juga bisa.” Maka Nabi Ibrahim tidak meladeni ucapan Namrud ini, tapi Nabi Ibrahim berpindah kepada hujjah yang lebih kuat lagi yang tidak mungkin dia bisa menjawabnya. Ini namanya hikmah di dalam berdebat.

Matahari Berlari Menuju Tempatnya

Ayat ini membantah para ahli di zaman sekarang yang mengatakan bahwa datangnya matahari itu bukan matahari yang datang, tapi karena bumi lah yang mengelilingi matahari. Jadi menurut mereka karena bumi yang mengelilingi matahari dan bumi berputar, sehingga kelihatannya matahari itu terbit dan tenggelam.

Sisi bantahan terhadap mereka adalah bahwa Nabi Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari timur.” Jadi yang didatangkan adalah matahari, bukan buminya. Berarti Allah yang mendatangkannya. Sementara mereka mengatakan bahwa Allah tidak mendatangkan matahari, tapi Allah yang memutarkan bumi. Tentu ini bertabrakan dengan lahiriyah Al-Qur’an. Al-Qur’an tegas mengatakan bahwa yang datang adalah matahari.

Makanya dalam Al-Qur’an Allah tidak pernah mensifati bumi “lari”, tapi Allah mensifati matahari yang lari. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا…

“Dan matahari berlari menuju tempatnya…” (QS. Ya Sin[36]: 38)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda kepada para sahabatnya:

أَتَدْرُونَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ…

“Tahukah kalian kemana matahari ini berlari? Sesungguhnya ia berlari menuju tempatnya di bahwa ‘Arsy, lalu ia pun sujud kepada Allah.” (HR. Muslim)

Mungkin orang yang mendahulukan akal akan menolak hadits ini, sementara ini shahih dalam Shahih Muslim. Kalau orang yang beriman maka imani karena yang mengabarkan ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Sallam berbicara tidak mungkin berasal dari hawa nafsu. Ini wahyu dari Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah lebih tahu tentang penciptaan daripada manusia. Sehebat apapun ilmuwan tidak akan sehebat ilmunya Allah ‘Azza wa Jalla.

Kebenaran Tidak Mungkin Kalah

Ketika ada orang yang kalah itu karena kekurangan ilmu. Kalau misalnya ada orang debat sama orang yang bathil ternyata yang debatnya kalah, maka ini bukan kebenarannya yang kalah, tapi ilmu orangnya yang kurang. Makanya para ulama tidak menyukai debat di depan khalayak. Hal ini karena dikhawatirkan ilmu orang yang berdebat itu kurang. Sehingga dia tidak mampu menegakkan hujjah. Akhirnya yang terfitnah adalah orang awam.

Kebenaran tidak mungkin kalah. Orang yang kokoh dan kuat hujjahnya, siapapun yang mendebatnya maka tidak akan mampu untuk mengalahkan hujjah-hujjahnya. Makanya lihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang tidak pernah kalah sedikit pun juga. Hal ini karena beliau sangat menguasai pokok-pokok ilmu. Bahkan ilmu mantiq dan filsafat pun beliau kuasai.

Hukum Mengingkari Allah

Penetapan bahwa orang yang mengingkari Allah maka dia orang kafir. Karena Allah berfirman: “Maka terdiamlah orang yang kafir ini.” Ia tidak beriman kepada Allah, bahkan mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan.

Jidal Yang Haram

Isyarat bahwa jidalnya si raja yang dzalim ini sebetulnya jidal untuk membela kebatilan. Ini jelas jidal yang haram. Adapun jidal untuk membela kebenaran disyariatkan. Tapi tentunya syaratnya orang yang berjidal (berdebat) adalah orang-orang yang telah kokoh keilmuannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

…وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ…

“Dan orang-orang kafir itu mendebat dengan kebatilan untuk mengalahkan kebenaran.” (QS. Al-Kahfi[18]: 56)

Orang-orang liberat selalu mengajak debat terbuka. Karena dengan debat terbuka bisa ngeyel-ngeyelan. Mereka pancing emosi (lawan debatnya). Tujuannya untuk memenangkan kebatilan dan menutupi kebenaran.

Bantahan Terhadap Kaum Qadariyah

Kaum qadariyah adalah kelompok yang tidak mengimani adanya takdir. Bantahan ini berdasarkan firman Allah: “Allah tidak memberi hidayah kepada orang yang dzalim.” Adapun orang qadariyah berpendapat bahwa manusia bebas; dia dapat hidayah tanpa campur tangan Allah, dan dia tersesat tanpa campur tangan Allah. Sedangkan Allah dalam ayat ini mengatakan: “Dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang dzalim itu.”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut kelompok qadariyah ini majusinya umat Islam. Majusi mengatakan bahwa yang menciptakan kebaikan adalah cahaya dan yang menciptakan keburukan adalah kegelapan. Mereka menisbatkan perbuatan keburukan bukan kepada Allah, tapi kepada makhluk. Sama dengan qadariyah yang mengatakan bahwa Allah tidak ada campur tanganNya dalam perbuatan manusia. Ini kaum qadariyah yang tersesat jalan mereka.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52354-hikmahnya-nabi-ibrahim-dalam-berdebat-surah-al-baqarah-258/